“Aku tidak sempurna, dan anda juga tidak sempurna. Dalam ketidak sempurnaanku anda “ disempurnakan”, dan dalam ketidak sempurnaanmu, aku “disempurnakan”. Akhirnya kita sama-sama saling menyempurnakan”~(I. Aperius T.)
“Semua manusia itu sama baik dan sama jeleknya”, kata seorang guru kepada murid-muridnya.
Dia mengatakan itu, karena dia tidak suka menggunakan label-label orang itu baik, orang itu jahat, karena menurutnya hal itu akan menciptakan jurang pemisah antar sesama manusia.
“Bagaimana mungkin anda menyejajarkan orang kudus dengan pendosa?”, protes seorang murid.
“Karena semua orang sama jauhnya dari matahari. Adakah jaraknya lalu benar-benar berkurang karena kamu tinggal di puncak gedung pencakar langit?”, jawab sang guru.
Sang murid termangu-mangu seraya memikirkan dan merenung-renungkan penjelasan sang guru.
Di dunia ini tidak ada yang abadi, dan tidak ada yang pasti, semua akan berubah. Maka hanya ada satu yang pasti yaitu perubahan dan ketidak pastian itu sendiri.
Hari ini mungkin anda dikategorikan orang sebagai orang baik, tapi tunggu dulu, siapa tahu besok, lusa anda jadi teroris?
Mungkin hari ini, anda dikategorikan orang sebagai orang jahat, siapa tahu besok, lusa anda bertobat, dan malah akan menjadi orang Kudus?
Nah, maka bisa kita katakan bahwa semua manusia adalah “sama baik dan sama jahatnya”.
Kata bijak berkata, “jangan sesali mengapa bunga mawar bertangkai duri, tetapi syukurilah bahwa yang bertangkai duri itu berbunga mawar”...